HUBUNGAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK DI MA AL-ISLAH BUNGKAL PONOROGO
HUBUNGAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM MEMBENTUK KARAKTER
PESERTA DIDIK DI MA AL-ISLAH BUNGKAL PONOROGO
Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
‘Metode Penelitian Pendidikan”
![]() |
Disusun oleh:
Dewi
Patimah (210309163)
Dosen Pengampu:
Dr. Muhammad Thoyib M.Pd
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI(STAIN) PONOROGO

I.
JUDUL PENELITIAN
HUBUNGAN
KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK DI MA
AL-ISLAH BUNGKAL PONOROGO
II.
LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan
anak-anak untuk memimpin jasmani dan rohani kearah kedewasaan. Dalam arti,
pendidikan adalah sebuah proses transfer nilai-nilai dari orang dewasa (guru
atau orang tua) kepada anak-anak agar menjadi dewasa dalam segala hal. Lebih
lanjut pendidikan merupakan sebuah proses yang dengan sengaja dilaksanakan
semata-mata bertujuan untuk mencerdaskan. Melalui proses pendidikan akan
terbentuk sosok-sosok individu sebagai sumber daya manusia yang akan berperan
besar dalam proses pembangunan bangsa dan negara.[1]
Tanggung jawab pendidikan merupakan wacana yang tidak dapat
dipisahkan dengan tema tanggung jawab intelektual. Karena pada dasarnya proses
pendidikan adalah proses transfer MA Al-Islah, Bungkal, Ponorogo of
knowledge. Namun tidak berhenti pada transformasi intelektual saja,
pendidikan juga mempunyai tanggung jawab yang lebih universal untuk
mengantarkan manusia mempunyai kesadaran moral.[2]
Kompetensi merupakan kemampuan yang digunakan sebagai standart
kinerja seseorang yang diharapkan dapat berkontribusi positif terhadap kinerja
organisasi. Kompetensi adalah penjelasan mengenai tugas-tugas pekerjaan yang
dilakukan oleh individu dan penjelasan mengenai perilaku individu yang
berhubungan denan bagaimana individu itu mengerjakan pekerjaannya.[3]Guru
adalahh figure manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peran penting
dalam pendidikan.[4]
Dengan lahirnya PP No. 19 tahun 2005 tentang standart nasional
pendidikan dan UU No. 14 tahun 2005, kompetensi yang harus dimiliki oleh guru
jelas harus mengacu kepadanya. Berkaitan dengan guru sebagai pendidik, dalam PP
No. 19 tahun 2005 pasal 28 ayat 1 disebut bahwa pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajar, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Sementara itu, kompetensi yang harus dimiliki pendidik (guru) yang terdapat
dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa kompetensi
guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
social dan kompetensi profesuonal yang diperoleh melalui pendidikan profesi.[5]
Salah satu dari kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah
Kompetensi Kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak
mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan siswa. Kompetensi ini diperoleh
dan dikembangkan melaui proses sosialisasi.
Kompetensi kepribadian merupakan kompetensi yang menunjuk bahwa
peran guru tidak hanya sekedar penyampai ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai
pemberi teladan bagi siswa sebagaimana pendapat dari Lozanov dalam Porter
(1999) : tindakan yang paling ampuh yang dapat dilakukan oleh seorang untuk
siswanya adalah memberi teladan tentang makna menjadi seorang pelajar. Keteladanan,
ketulusan dan kesiapansiagaan guru akan memberdayakan dan mengilhami siswa
untuk membebaskan dinamisasi sebagai siswa. Keteladanan membangun hubunan
potensi milik mereka sebagai pelajar. Kemampuan berkomunikasi yang digabungkan
dengan rancangan yang efektif akan memberikan pengalaman belajar yang
memperbaiki kredibilitas dan meningkatkan pengaruh.[6]
Guru adalah pribadi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan
posisi sentral didalam proses belajar mengajar dilingkungan sekolah. Dalam
bidang pedidikan diharapkan ada tujuan pembelajaran yang tercapai dalam
peningkatan kualitas dari masing-masing peserta didik. Hal ini penting karena
setiap orang akan melihat hasil pendidikan dalam diri peserta didik melalui
perilaku mereka setiap hari. Oleh karena itu, pendidikan seharusnya tidak
selalu terfokus pada pemberian pengetahuan tetapi sebaiknya berorientasi kepada
kepribadian peserta didik.
Dalam pembentukan karakter peserta didik guru menjadi contoh dan
teladan dalam membina dan membentuk perilaku peserta didik. Kompetensi
kepribadian merupakan kemampuan seorang guru dalam memberikan suatu contoh
perilaku baik kepada siswa sehingga mereka dapat mengembangkan sikap positif
dalam melaksanakan kegiatan belajarnya. Hal ini berkaitan dengan bahwa seorang
guru tidak hanya bertugas mencerdaskan siswa, tetapi juga harus dapat
mengembangkan kepribadian siswa yang berakhlak dan berkarakter.
Dalam perspektif islam guru membawa misi penyempurnaan akhlak,
sebagaimana misi diutusnya Rasulullah SAW. Islam menganjurkan kepada para guru
agar membiasakan peserta didik dengan akhlak islam karena demikian itu termasuk
kaidah yang dibuat islam untuk mendidik anak agar interaksi anak dengan orang
lain selalu dibangun di atas akhlakul karimah, sebagaimana Rasulullah mendidik
para sahabatnya.[7]
Karakteristik kepribadian guru sebagi pendidik sanat berpengaruh
terhadap keberhasilan pengembangan peserta didik. Kepribadian yang mantap dari
sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadapanak didik,
sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut untuk ditaati segala
nasehat, ucapan dan perintahnya, dan patut untuk dicontoh sikap dan
perilakunya, dengan kata lain guru pantas untuk “digugu” dan “ditiru”.[8]
Dari uraian diatas maka penulis merasa terdorong untuk mengkaji dan
meneliti lebih lanjut mengenai kompetensi guru
dalam skripsi ini yang berjudul “HUBUNGAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU
DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK DI MA AL-ISLAH BUNGKAL PONOROGO”
III.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas
maka yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah:
1.
Bagaimana Kompetensi Kepribadian Guru di MA Al-Islah, Bungkal,
Ponorogo
2.
Bagaimana Karakter Peserta Didik di MA Al-Islah, Bungkal, Ponorogo
3.
Apakah ada Hubungan Kompetensi Kepribadian Guru dalam Membentuk
Karakter Peserta Didik di MA Al-Islah, Bungkal, Ponorogo
IV.
TUJUAN PENELITIAN
1.
Untuk mengetahui Kompetensi Kepribadian Guru di MA Al-Islah,
Bungkal, Ponorogo
2.
Untuk mengetahui Karakter Peserta Didik di MA Al-Islah, Bungkal,
Ponorogo
3.
Untuk mengetahui Hubungan Kompetensi Kepribadian Guru dalam
Membentuk Karakter Peserta Didik di MA Al-Islah, Bungkal, Ponorogo
V.
MANFAAT PENELITIAN
1.
Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian ini mampu memberikan pemikiran dalam
pengembangan kompetensi guru, khususnya kompetensi kepribadian
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi Kepala Sekolah yaitu untuk mengembangkan kompetensi
kepribadian guru sebagai pendidik untuk membentuk karakter peserta didik
b.
Bagi Guru yaitu untuk mengembangkan kompetensi kepribadian guru
sehingga dapat memberikan contoh teladan yang baik untuk peserta didik dalam
pembentukan karakter khususnya pada pembelajaran akhidah akhlak
c.
Bagi Orang Tua yaitu untuk memberikan perhatian dan kasih sayang
serta contoh teladan yang baik untuk membantu pembentukan karakter
VI.
LANDASAN TEORI
a.
Kompetensi Kepribadian Guru
Keberhasilan menajar guru dalam kaitannya dengan fungsi dan peran
guru dalam menciptakan kemampuan dasar mengajar dapat diimplementasikan sikap
dalam pengembangan kepribadian guru yang mantap dan dinamis yang meliputi:[9]
1.
Kemantapan dan Integrasi Pribadi
Seorang guru dituntut dapat bekerja secara teratur, konsisten, dan
kreatif dalam menyelesaikan pekerjaannya sebagai guru. Oemar Hamalik (1998: 18
mengatakan bahwa “kemantapan dalam bekerja hendaknya merupakan karakteristik
pribadinya, sehingga pola hidup seperti ini terhayati pula oleh siswa sebagai
pendidik. Kemantapan dan integritas pribadi ini tidak terjadi dengan
sendirinya, melainkan tumbuh melalui suatu belajar yang sengaja diciptakan.
Kemantapan pribadi berpengaruh pada tugas, demikian juga dengan kemantapan
pribadi guru dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya. Kemantapan
dan integritas harus dimiliki oleh setiap guru demi tercapainya tujuan
pendidikan”).
2.
Peka Terhadap Perubahan dan Pembaharuan
Guru harus peka terhadap apa yang sedang berlangsung disekolahdan
disekitarnya. Artinya apa yang dilakukan disekolah tetap konsisten dengan
kebutuhan dan tidak ketinggalan jaman.
3.
Berpikir Alternative
Guru harus mampu berpikirkreatif dan berwawasan luas dalam
memecahkan masalah yang dihadapi di sekolah.
4.
Adil, Jujur,dan Objektif
Adil artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya. Jujur berarti
tulus ikhlas menjalankan fungsinya sebagai guru sesuai dengan aturan dan norma
yang berlaku. Objektif artinya menjalankan aturan dan criteria yang telah
ditetapkan tanpa pilih kasih.
5.
Disiplin dalam Melaksanakan Tugas
Disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan yang teratur,
serta menandai pekerjaannya, disiplin memerlukan proses pendidikan dan
pelatihan yang memadai
6.
Ulet dan Tekun Bekerja
Keuletan dan ketekunan bekerja tanpa mengenal lelah dan tanpa
pamrih merupakan sifat ang harus dimiliki guru
7.
Berusaha Memperoleh Hasil Kerja Yang Baik
Dalam mencapai hasil kerja guru diharapkan selalu meningkatkan
kemampuan diri.
8.
Simpatik, Menarik Luwes, Bijaksana dan Sederhana
Sifat kemampuan pribadi guru dalam proses belajar mengajar,
membentuk kematangan pribadi, kedewasaasn social, pengalaman hidup bermasyarakat,
pengalaman belajar yang memadai khususnya pengalaman praktek mengajar.
9.
Bersifat Terbuka
Guru diharapkan dapat menampun aspirasi berbagai pihak sehingga
sekolah dapat berfungsi sebagai agen pembangunan dan guru berperan sebagai
pendukungnya.
10.
Kreatif
Guru kreatif maksudnya guru harus mampu melihat berbagai kemunkinan
yang menurut perkiraannya sama baik
11.
Berwibawa
Seorang guru harus berwibawa. Dengan adanya kewibawaan proses
belajar mengajar akan dapat terlaksana dengan baik
b.
Karakter Peserta Didik
Membicarakan pertumbuhan dan perkembangan social tidak dapat lepas
dari perkembangan lainnya seperti fisik, mental, dan emosi. Hubungan di antara
ketiga factor ini sangat erat kaitannya, sehingga salah satu factor itu sudah
dapat menjadi dasar untuk menghasilkan perkembangan social individu itu
sendiri, misalnya keadaan fisik dan fisiologis, taraf kesiapan mental, serta
taraf kematangan emosional karena factor inilah yang akan mempengaruhi dan
dipengaruhi orang lain sehingga akan menentukan cepat lambatnya perkembangan di
setiap fase.[10]
Karakter dapat didefinisikan sebagai kecenderungan tingkah laku
yang konsisten secara lahiriyah dan batiniyah. Karakter adalah hasil kegiatan
yang sangat mendalam dan kekal yang nantinya akan membawa kea rah pertumbuhan
social.
Berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan dalam pembentukan karakter
terhadap anak:[11]
1)
Menanamkan disiplin
2)
Membiasakan anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah
3)
Pengaruh sekolah selama tahun-tahun pertengahan[12]
4)
Pendidikan selama remaja
5)
Pengarug sosialisasi atau pergaulan
VII.
METODOLOGI KAJIAN
1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan
pendekatan kuantitatif, yaitu pengukuran data kuantitatif dan statistic
objektif melalui perhitungan ilmiah yang berasal dari sampel orang-orang atau
penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survey untuk
menentukan frekuensi dan presertase tanggapan mereka
2.
Sumber Data
Dalam rangka memperoleh data
yang berkaitan dengan penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode/teknik sebagai berikut:
a. Angket (Kuesioner)
Angket adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya. Dalam penelitian ini, angket yang berupa pernyataan
digunakan untuk memperoleh data
tentang perilaku siswa-siswi di
MA Al-Islah, Bungkal, Ponorogo
b.
Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang
secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan, dan dimana tempatnya.
Metode ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang sejarah, letak geografis
dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di MA Al-Islah, Bungkal, Ponorogo
c.
Wawancara/interview
yaitu metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang
dikerjakan dengan sistematik dan berdasarkan kepada tujuan penyelidikan. Metode
ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai sejarah berdirinya MA Al-Islah,
Bungkal, Ponorogo
3.
Variable Penelitian
Variable bebas (independen), yaitu variable yang nilai-nilainya
tidak tergantung pada variable lain dan merupakan variable yang digunakan untuk
meramalkan atau menerangkan variable lain. Dalam kasus ini variable
independennya adalah “kompetensi kepribadian guru”
variable
terikat (dependen), yaitu variable yang nilainya tergantung pada variable lain
dan merupakan variable yang diramalakan atau diterngkan nikainya. Dalam kasus
ini, variable dependennya adalah “pembentukan karakter pada peserta didik”
4.
Langkah-Langkah Penelitian
Tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah
dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil
penelitian. Tahap-tahap ini adalah:
1.
Tahap Pra Lapangan: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan
penelitian, mengurus perizinzn, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih
dan memanfaatkan informan serta menyiapkan perlengkapan penelitian
2.
Tahap Pekerjaan Lapangan: memahami latar penelitian dan persiapan
diri memasuki lapangan dan peran serta dalam mengumpulkan data
3.
Tahap Analisis Data: analisis selamadan setelah pengumpulan data
4.
Tahap penulisan hasil laporan penelitian
VIII.
SISTEMATIKA PEMBAHASAN
A.
Latar belakang
B.
Rumusan masalah
C.
Tujuan penelitian
D.
Manfaat penelitian
E.
Landasan teori
F.
Metodologi penelitian
G.
Sistematika pembahasan
DAFTAR
PUSTAKA
Amirah.
Mendidik Anak di Era Digital Kunci
Keluarga Muslim. Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2010
Bahri
Djamarah, Saiful. Prestasi Belajar Dan Kompertensi Guru. Surabaya: Usaha
Nasional, 1994
Darmadi,
Hamid. Kemampuan Dasar Mengajar Landasan Konsep dan Implementasi.
Bandung: CV. Alphabet, 2010
Kosim LA, Muhammd.
Tanggung Jawab Guru dalam Mendidik Akhlak Siswa, http://
PENDIDIKAN
ISLAM MERDEKA Tanggung Jawab Guru dalam Mendidik Akhlak Siswa. Mhtml, diakses
22 Mei 2012
Proposal Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran Universitas
Pendidikan Indonesia, Kompetensi Guru
, http:// Kompetensi Guru << RASTO. Html, diakses 22 Mei 2012
Purwanto, M.
Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis Dan
Praktis. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004
Silaban, Sintong.
Pendidikan Indonesia Dalam Pandangan Lima Belas Tokoh Pendidikan Swasta
, Bagian IV. Jakarta: Dasamedia Utama, 1993
Sopiatin, Popi.
Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa, Cilegon: Ghalia Indonesia,
2010
[1] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2004), 16
[2] Sintong Silaban, Pendidikan Indonesia Dalam Pandangan Lima Belas
Tokoh Pendidikan Swasta , Bagian IV, (Jakarta: Dasamedia Utama,
1993), 65
[4] Saiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar Dan Kompertensi Guru,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1994), 16
[7] Muhammd Kosim LA, Tanggung Jawab Guru dalam Mendidik Akhlak
Siswa, http://
PENDIDIKAN ISLAM MERDEKA Tanggung Jawab Guru dalam Mendidik Akhlak Siswa.
Mhtml, diakses 22 Mei 2012
[8] Proposal Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran Universitas
Pendidikan Indonesia, Kompetensi Guru , http:// Kompetensi
Guru << RASTO. Html, diakses 22 Mei 2012
[9] Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar Landasan Konsep dan
Implementasi, (Bandung: CV. Alphabet, 2010), 54
[11] Amirah, Mendidik Anak di Era Digital Kunci Keluarga Muslim,
(Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2010), 51
Komentar
Posting Komentar