MAKALAH PERKEMBANGAN AGAMA PADA MASA DEWASA



PERKEMBANGAN AGAMA PADA MASA DEWASA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
                                                             “ Psikologi Dakwah ”                                


STAIN Ponorogo
 




                                                                                          




   Disusun oleh:
                                             Dewi Patimah                         (210309163)
                                            

Dosen Pengampu:
Drs. M. FUADI, SE

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI(STAIN)
PONOROGO
2012


BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yan terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Sikap keberagaman pada orang dewasa memiliki perspektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu sikap keberagaman pada orang dewasa, pendalaman pengertian dan perluasan pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama bai orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.

B.  RUMUSAN MASALAH
1.      Pengertian masa dewasa
2.      Cirri-ciri sikap keberagaman pada masa dewasa
3.      Perkembangan agama pada masa dewasa











                                                                     BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Masa Dewasa
Elzabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi 3 bagian,
 yaitu :  - masa dewasa awal ( masa dewasa dini)
              - masa dewasa madya
              - masa usia lanjut[1]
Pembagian senada juga diungkapkan oleh beberapa ahli psikologi. Lewis Sheril, misalnya, membagi masa dewasa sebagai berikut:[2]
a.       Masa dewasa awal => awal masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup yang akan diambil dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan.
b.      Masa dewasa tengah => sudah mulai menghadapi tantangan hidup sambil memantapkan tempat dan mengembangkan filsafat untuk menolak kenyataan yang tidak disangka-sangka. Jadi masalah sentral pada masa ini adalah mencapai pandangan hidup yang matang dan utuh yang dapat menjadi dasar dalam membuat keputusan secara konsisten.
c.       Masa dewasa akhir => ciri utamanya adalah “pasrah”, pada masa ini minat dan kegiatan kurang beragama, hidup menjadi kurang rumit dan lebih berpusat pada hal-hal yang sungguh-sungguh berarti.
Sementara menurut Erikson, masa dewasa muda merupakan pengalaman menggali keintiman (intimacy), kemampuan untuk membaurkan identitas anda dengan identitas orang lain tanpa takut bahwa anda akan kehilangan sesustu dari diri anda. Lawan dari identitas adalah isolasi, yaitu mempertahankan jarak antara diri sendiri dengan orang lain. Keseimbangan antara intimidasi dengan isolasi adalah belajar melepas diri dari hubungan dengan orang lain dan tetap mempertahankan identitas diri.[3]
Masa dewasa tengah merupakan masa produktivitas maksimum. Pada masa ini kekuatan watak yang muncul, perhatian (care) rasa prihatin, dan tanggung jawab yang menghargai siapa yang membutuhkan perlindungan dan perhatian. Dalam istilah religious, stagnasi dan kesia-siaan dihindari dengan melestarikan fungsinya yang bertanggun jawab dalam mengabdikan hidup dan kebudayaan yang menjadi maksud Tuhan.
Sementara itu, masa dewasa akhir merupakan masa kematangan. Masalah sentral dalam masa ini adalah menemukan kepuasan bahwa hidup yang dijalaninya merupakan penemuan dan penyelesaian pada masa tua, terjadi integrasi emosional, sehingga oleh Erikson disebut sebagai pencapaian kebijaksanaan (wisdom). Menurut Charlotto Bucher, di usia orang dewasa telah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup. Dengan kata lain, orang dewasa telah menyadari nilai-nilai yang dipilihnya dan berusaha untuk mempertahankannya. Orang dewasa telah memiliki identitas yang jelas dan kepribadian yang mantap.
Pada masa ini, menurut H. Carl Witherington, pemilihan terhadap kehidupan mendapat perhatian yang tegas. Mereka mulai berpikir pada tanggung jawab social, moral, ekonomi, dan keagamaan, serta telah memiliki kepribadian yang stabil. Pada manusia anak telah sampai dewasa maka telah memiliki kesadaran penuh akan dirinya. Sehingga, dia diberi beban tanggung jawab pada agama dan social.[4]    
Sikap keagamaan yang dipilih, akan dipertahankan sebagai identitas dan kepribadian mereka. Sikap demikian akan membawa mereka merasa mantap dalam menjalankan ajaran agama yang dianutnya. Pilihan tersebut didasarkan pada ajaran yang telah memberikan kepuasan batin dan atas pertimbangan akal sehat.[5]
Kesadaran beragama pada usia dewasa merupakan dasar dan arah dari kesiapan seseorang untuk mengadakan tanggapan, reaksi, pengolahan, dan penyesuaian diri terhadap rangsangan yang datang dari luar. Semua tingkah laku dalam kehidupanya diwarnai oleh system kesadaran keagamaannya. Dengan kata lain, kesadaran beragama tersebut tidak hanya melandasi tingkah laku yang tampak, akan tetapi juga mewarnai sikap,pemikiran, itikad, niat kemauan serta tanggung jawab serta tanggapan-tanggapan terhadap nilai-nilai abstrak yang ideal, seperti: keadilan , pengorbanan, persatuan, kemerdekaan, perdamaian, dan kebahagiaan.

B.  Cri-Ciri Sikap Keberagaman Pada Masa Dewasa
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, sikap keberagaman pada orang dewasa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :[6]
1.    Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan
2.    Cenderung bersisfat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku
3.    Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
4.    Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga sikap keberagaman merupakan realisasi dari sikap hidup
5.    Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas
6.    Bersikap lebih kritis terhadap materiajaran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani
7.    Sikap keberagaman cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing, sehingga terlihhat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya
8.    Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagaman dengan kehidupan social, sehingga perhatian terhadap kepentingan oraganisasi social keagamaan sudah berkembang

C.  Perkembangan Agama Pada Masa Dewasa
Dengan demikian pada masa dewasa sebagaimana diatas, maka akan tampak kestabilan anak didalam menentukan pandangan hidup yang harus dianutnya atau agama yang harus dianutnya. Itu sudah berdasarkan kesadaran dan keyakinan yang dianggap benar dan diperlukan didalam hidupnya. Ini bukanlah berarti seseorang harus mempunyai pengetahauan tentang keagamaannya secara mendalam, melainkan apa yang diketahui dari faham keagamaan yang dianutnya dipegang teguh dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh tanggung jawab. Sebagai akibat dari adanya kestabilan dalam pandangan hidup keagamaan maka akan didapati pula adanya kestabilan dalam melakukan religiusnya, dimana segala perbuatan dan tingkah laku keagamaannya senantiasa dipertimbangkan masak-masak yang dibina di atas tanggung jawab bukan sekedar ikut-ikutan.[7]     


BAB III
KESIMPULAN

A.  Masa dewasa ada 3 macam, yaitu:
- masa dewasa awal ( masa dewasa dini)
- masa dewasa madya
- masa usia lanjut

B.  Cri-Ciri Sikap Keberagaman Pada Masa Dewasa
Ø Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang
Ø Cenderung bersisfat realis
Ø Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama
Ø Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri
Ø Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas
Ø Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama
Ø Sikap keberagaman cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing
Ø Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagaman dengan kehidupan social

C.  Perkembangan Agama Pada Masa Dewasa
Dengan demikian pada masa dewasa sebagaimana diatas, maka akan tampak kestabilan anak didalam menentukan pandangan hidup yang harus dianutnya atau agama yang harus dianutnya. Itu sudah berdasarkan kesadaran dan keyakinan yang dianggap benar dan diperlukan didalam hidupnya.











DAFTAR PUSTAKA

Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. 1, 2004

 Mujib dan Jusuf Mudzakir, Abdullah. Nuassa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. 1, 2001

Anshori, Hafi. Dasar-Dasar Ilmu Jiwa Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1991


[1] Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. 1, 2004), 83
[2] Ibid, 84.
[3] Ibid, 86.
[4] Abdullah Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuassa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. 1, 2001), 106
[5] Susurin, Ilmu Jiwa…, 87
[6] Ibid, 88.
[7] Hafi Anshori, Dasar-Dasar Ilmu Jiwa Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1991), 96

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AMALIYAH NAHDLIYAH (Nahdlotul Ulama')

DELIK PERCOBAAN, PENYERTAAN, DAN PERBARENGANAN PIDANA DALAM KUHP