ADAB MENJENGUK ORANG SAKIT



MEMBEZUK ORANG SAKIT
Drs. KH. Muh. Muhsin

A.   HUKUM MEMBEZUK ORANG SAKIT
Membezuk orang sakit itu hukumnya sunnah. Sebagian ulama mengatakan hukumnya sunnah muakkad.
Dijelaskan dalam kitab Al-Majmu’:
عيادة المريض سنة متأكدة والاحاديث الصحيحة مشهورة في ذلك.[1]
“Membezuk orang yang sedang sakit itu hukumnya “sunnah muakkad”, sedangkan beberapa hadits yang menjelaskan tentang hal tersebut yang shahih sangatlah masyhur”.
Dalam kitab Syarkh al-Nawawy ‘ala Muslim, dijelaskan:
أَمَّا عِيَادَة الْمَرِيض فَسُنَّة بِالْإِجْمَاعِ ، وَسَوَاء فِيهِ مَنْ يَعْرِفهُ وَمَنْ لَا يَعْرِفهُ ، وَالْقَرِيب وَالْأَجْنَبِيّ.[2]
“Adapun membezuk orang sakit itu hukumnya sunnah, baik membezuk orang yang dikenal, maupun orang yang tidak dikenal, baik kerabat dekat maupun orang lain”.
B.   KEUTAMAAN MEMBEZUK ORANG SAKIT
Dijelaskan dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim dari Tsauban:
عَنْ ثَوْبَانَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا عَادَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ لَمْ يَزَلْ فِي خُرْفَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَرْجِعَ.(رواه مسلم)[3]
“Diriwayatkan dari Tsauban, dari Rasulullah SAW. Beliau bersabda: “Sesungguhnya seorang muslim ketika membezuk saudaranya sesama muslim yang sedang sakit, maka tak henti-hentinya ia bedara dalam pertamanan surga, sehingga ia pulang”.
Dalam hadits riwayat Imam Bukhari dari al-Barra’ ibn ‘Azib:
عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَمَرَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ وَنَهَانَا عَنْ سَبْعٍ فَذَكَرَ عِيَادَةَ الْمَرِيضِ وَاتِّبَاعَ الْجَنَائِزِ وَتَشْمِيتَ الْعَاطِسِ وَرَدَّ السَّلَامِ وَنَصْرَ الْمَظْلُومِ وَإِجَابَةَ الدَّاعِي وَإِبْرَارَ الْمُقْسِمِ.(رواه البخاري)[4]
“Diriwayatkan dari Al-Barra’ ibn ‘Azib RA. ia berkata, Nabi SAW. memerintahkan kepada kita untuk melakukan perkara tujuh dan melarang kita dari perkara tujuh. Kemudian beliau menunurkan: “Membezuk orang sakit, mengiringkan jenazah, mendo’akan orang yang bersin, menjawab salam, menolong orang yang teraniaya, mendatangi undangan serta menghargai orang yang bersumpah”.
C.   TATA RACA MEMBEZUK ORANG SAKIT
1.    Adab Membezuk Orang Sakit
Sepuluh poin adab (etika) membezuk orang sakit, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Hasiyah al-Jamal, yaitu:
وَجُمْلَةُ آدَابِ عِيَادَةِ الْمَرِيضِ عَشَرَةُ أَشْيَاءَ وَمِنْهَا مَا لَا يَخْتَصُّ بِالْعِيَادَةِ أَنْ لَا يُقَابِلَ الْبَابَ عِنْدَ الِاسْتِئْذَانِ وَأَنْ يَدُقَّ الْبَابَ بِرِفْقٍ وَلَا يُبْهِمَ نَفْسَهُ بِأَنْ يَقُولَ أَنَا وَأَنْ لَا يَحْضُرَ فِي وَقْتٍ يَكُونُ غَيْرَ لَائِقٍ بِالْعِيَادَةِ كَوَقْتِ شُرْبِ الْمَرِيضِ الدَّوَاءَ وَأَنْ يُخَفِّفَ الْجُلُوسَ وَأَنْ يَغُضَّ الْبَصَرَ وَأَنْ يُقَلِّلَ السُّؤَالَ وَأَنْ يُظْهِرَ الرِّقَّةَ وَأَنْ يُخْلِصَ الدُّعَاءَ وَأَنْ يُوَسِّعَ لِلْمَرِيضِ فِي الْأَمَلِ وَيُعِينَهُ عَلَيْهِ بِالصَّبْرِ لِمَا فِيهِ مِنْ جَزِيلِ الْأَجْرِ وَيُحَذِّرَهُ مِنْ الْجَزَعِ لِمَا فِيهِ مِنْ الْوِزْرِ.
Sepuluh adab membezuk orang sakit:
a.    Tidak menghadap langsung ke arah ointu, ketika meminta izin untuk masuk rumah atau ruangan.
b.    Janganlah mengetuk pinyu terlalu keras.
c.     Janganlah menyamarkan identitas terhadap orang yang dibezuk.
d.    Janganlan membezuk pada waktu yang kurang tetap, seperti waktunya istirahat, waktunya makan atau minum obat.
e.    Jangan berlama-lama, berada di tempat orang yang sedang sakit, sebaiknya membezuk secukupnya.
f.     Hendaknya membatasi pandangan mata, jangan jelalatan ke mana-mana, utamnya pada aurat orang yang sedang sakit.
g.    Jangan banyak bertanya kepada orang yang sedang sakit.
h.    Memperlihatkan rasa kasih sayang yang dalam.
i.      Jangan lupa mendo’akan kesembuhan kepada orang yang sakit.
j.     Memberikan motifasi kepada orang yang sakit untuk senantiasa bersabar, serta menghibur agar jangan putus asa, karena Allah akan menggantinya dengan yang lebih-baik.
2.    Memberi Motifasi Orang yang Sedang Sakit
a.    Hendaknya memberikan nasehat kepada orang yang sakit, bahwa Allah akan menghilangkan dosa-dosa dari orang yang mendapatkan musibah, apapun bentuk musibah itu, apabila diterimanya dengan sabar.
Dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ.[5]
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW. Beliau bersabda: “Tidak menimpa kepada seorang muslim apapun bentuk penderitaan, seperti letih, sakit, susah termasuk terkena duri sekalipun, kecuali dengan itu semua Allah SWT. Menghaous dosa dan kesalahan orang tersebut”.
Dalam riwayat Imam Tirmidzy dijelaskan:
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَمَامُ عِيَادَةِ الْمَرِيضِ أَنْ يَضَعَ أَحَدُكُمْ يَدَهُ عَلَى جَبْهَتِهِ أَوْ قَالَ عَلَى يَدِهِ فَيَسْأَلُهُ كَيْفَ هُوَ.(رواه الترمذي) [6]
“Diriwayatkan dari Abi Umamah RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda: “Sempurnanya seseorang membezuk orang sakit itu apabila ia meletakkan tangannya di atas dahi si sakit, serta menanyakan keadaannya”.
b.    Hendaknya mengingatkan kepada orang yang sedang sakit, untuk tidak putus asa, karena penyakit yang dideritanya.
Dijelsakan dalam sebuah hadits riwayat Anas ibn Malik:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ مِنْ ضُرٍّ أَصَابَهُ فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ فَاعِلًا فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي.[7]
“Diriwayatkan dari Anas ibn Malik RA. ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda: “Janganlah diantara kamu mengharapkan kematian, dikarenakan musibah yang menimpanya. Apabila terpaksa sekali, maka sebaiknya ia berdo’a Ya Allah berilah aku kehidupan sekiranya hidup lebih baik bagiku dan berilah aku kematian sekiranya mati lebih baik bagiku”.
3.    Mendo’akan Orang yang Sakit
Hendaknya orang yang membezuk, mendo’akan kepada orang yang sedang sakit untuk mendapatkan kesembuhan dari Allah SWT. Sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah SAW. :
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا عَادَ مَرِيضًا يَقُولُ أَذْهِبْ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ اشْفِهِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا.(رواه مسلم) [8]
“Diriwayatkan dari ‘Aisyah RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW. ketika membezuk orang yang sedang sakit, beliau berdo’a: “Ya Allah, hilangkan penyakit, wahai Tuhan para manusia, sembuhkanlah ia, Engkau adalah dzat yang memberikan kesembuhan, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan bekas sakit”.
Dalam riwayat Imam Abu Dawud dijelaskan:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ عَادَ مَرِيضًا لَمْ يَحْضُرْ أَجَلُهُ فَقَالَ عِنْدَهُ سَبْعَ مِرَارٍ" أَسْأَلُ اللَّهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَشْفِيَكَ" إِلَّا عَافَاهُ اللَّهُ مِنْ ذَلِكَ الْمَرَضِ.
“Diriwayatkan dari Abu Dawud, dari Nabi SAW. Beliau bersabda: “Barang siapa membezuk orang sakit yang belum datang ajalnya, kemudian bedo’a sebanyak tujuh kali “Aku mohon kepada Allah Yang Maha Agung, Tuhan ‘Arasy Yang Agung pula, untuk memberikan kesembuhan kepada kamu”, maka Allah akan memberikan kesembuhan bagi orang yang sakit tersebut”.
D.   PENUTUP
Semoga Allah senantiasa meringankan beban yang sakit diantara kita; dan menjadikan sakit kita sebagai kafarat terhadap dosa-dosa. Amin.


[1] Al-Majmu’, Juz. 5, hal. 111, Maktabah Syamilah V.2.
[2] Syarkh al-Nawawy ‘ala Muslim, Juz. 7, hal. 139, Maktabah Syamilah V.2.
[3] Shahih Muslim, Juz. 12, hal. 438, Maktabah Syamilah V.2.
[4] Shahih Bukhari, Juz. 8, hal. 314, Maktabah Syamilah V.2.
[5] Shahih Bukhari, Juz. 17, hal. 374, Maktabah Syamilah V.2.
[6] Sunan Tirmidzy, Juz. 9, hal. 376, Maktabah Syamilah V.2.
[7] Shahih Bukhari, Juz. 17, hal. 421, Maktabah Syamilah V.2.
[8] Shahih Muslim, Juz. 11, hal. 182, Maktabah Syamilah V.2.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AMALIYAH NAHDLIYAH (Nahdlotul Ulama')

MAKALAH PERKEMBANGAN AGAMA PADA MASA DEWASA

DELIK PERCOBAAN, PENYERTAAN, DAN PERBARENGANAN PIDANA DALAM KUHP