WALI ANAK ZINA (Fatwa MUI No. 11 Tahun 2012)
WALI ANAK ZINA
(Fatwa MUI No. 11 Tahun
2012)
A.
Ayat Al- Qur’an
1.
Firman yang mengatur nasab:
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ
نَسَبًا وَصِهْرًا وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا
“Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu
dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu
Maha Kuasa. (QS. Al-Furqan : 54)
2.
Firman yang mengatur larangan zina dan seluruh hal-hal yang
mendekatkan:
وَلاَ
تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلاً
“Dan
janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. Dan suatu jalan yang buruk “ (QS. Al-Isra : 32).
وَالَّذِينَ لاَ
يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ وَلاَ يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي
حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلاَ يَزْنُونَ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ
يَلْقَ أَثَاماً يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ
فِيهِ مُهَاناً
“Dan
orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang
benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu,
niscaya dia mendapat (pembalasan) dosanya, yakni akan dilipat gandakan azab
untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan
terhina” (QS. Al-Furqan: 68 – 69)
3.
Firman yang menjelaskan tentang pentingnya menjaga kejelasan nasab
dan asal-usul kekerabatan:
وَمَا جَعَلَ أَدْعِيَاءَكُمْ أَبْنَاءَكُمْ ذَلِكُمْ قَوْلُكُمْ
بِأَفْوَاهِكُمْ وَاللَّهُ يَقُولُ الْحَقَّ وَهُوَ يَهْدِي السَّبِيلَ
“Dan Dia
tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang
demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang
sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).
ادْعُوهُمْ لِآَبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ
اللَّهِ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آَبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ
وَمَوَالِيكُمْ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَكِنْ
مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Panggilah
mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah
yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak
mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan
maula-maulamu. (QS. Al-Ahzab: 4 – 5).
وَحَلائِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلابِكُمْ
“.... (dan
diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu) “ (QS. Al-Nisa: 23).
4.
Firman Alloh yang menegaskan bahwa seseorang itu tidak memikul dosa
oran lain:
وَلاَ تَكْسِبُ
كُلُّ نَفْسٍ إِلاَّ عَلَيْهَا وَلاَ تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى
ثُمَّ إِلَى رَبِّكُم مَّرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ
تَخْتَلِفُونَ
Dan tidaklah
seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri;
dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain526. Kemudian kepada
Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu
perselisihkan. (QS. Al-An’am : 164)
وَلاَ تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى ثُمَّ إِلَى
رَبِّكُم مَّرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ إِنَّهُ عَلِيمٌ
بِذَاتِ الصُّدُورِ
“Dan seorang
yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah
kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu. (QS.
Al-Zumar: 7)
B.
Hadits Nabi SAW
1.
Tentang Anak Dinasabkan Pada Pemilik Ranjang Dari Perempuan Yang
Melahirkan:
عَنْ عَائِشَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ اخْتَصَمَ سَعْدُ بْنُ أَبِي
وَقَّاصٍ وَعَبْدُ بْنُ زَمْعَةَ فِي غُلَامٍ فَقَالَ سَعْدٌ هَذَا يَا رَسُولَ
اللَّهِ ابْنُ أَخِي عُتْبَةَ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَهِدَ إِلَيَّ
أَنَّهُ ابْنُهُ انْظُرْ إِلَى شَبَهِهِ وَقَالَ عَبْدُ بْنُ زَمْعَةَ
هَذَا أَخِي يَا رَسُولَ اللَّهِ وُلِدَ عَلَى فِرَاشِ أَبِي مِنْ وَلِيدَتِهِ
فَنَظَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى
شَبَهِهِ فَرَأَى شَبَهًا بَيِّنًا بِعُتْبَةَ فَقَالَ هُوَ لَكَ
يَا عَبْدُ بْنَ زَمْعَةَ الْوَلَدُ لِلْفِرَاشِ
وَلِلْعَاهِرِ الْحَجَرُ وَاحْتَجِبِي
مِنْهُ يَا سَوْدَةُ بِنْتَ زَمْعَةَ قَالَتْ فَلَمْ يَرَ سَوْدَةَ
قَطُّ. رواه البخارى ومسلم
Dari ‘Aisyah
ra bahwasanya ia berkata: Sa’d ibn Abi Waqqash dan Abd ibn Zam’ah berebut
terhadap seorang anak lantas Sa’d berkata: Wahai Rasulallah, anak ini adalah
anak saudara saya ‘Utbah ibn Abi Waqqash dia sampaikan ke saya bahwasanya ia
adalah anaknya, lihatlah kemiripannya. ‘Abd ibn Zum’ah juga berkata: “Anak ini
saudaraku wahai Rasulullah, ia terlahir dari pemilik kasur (firasy) ayahku dari
ibunya. Lantas Rasulullah saw melihat rupa anak tersebut dan beliau melihat
keserupaan yang jelas dengan ‘Utbah, lalu Rasul bersabda: “Anak ini saudaramu
wahai ‘Abd ibn Zum’ah. Anak itu adalah bagi pemilik kasur/suami dari
perempuan yang melahirkan (firasy) dan bagi pezina adalah (dihukum) batu, dan
berhijablah darinya wahai Saudah Binti Zam’ah. Aisyah berkata: ia tidak pernah
melihat Saudah sama sekali. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده قال: قام رجل فقال: يا
رسول الله، إن فلانًا ابني، عَاهَرْتُ بأمه في الجاهلية، فقال رسول الله صلى الله
عليه وسلم: لا دعوة في الإسلام، ذهب أمر الجاهلية، الولد للفراش، وللعاهر الحجر.
رواه أبو داود
“Dari ‘Amr ibn Syu’aib ra dari ayahnya dari kakeknya
ia berkata: seseorang berkata: Ya rasulallah, sesungguhnya si fulan itu anak
saya, saya menzinai ibunya ketika masih masa jahiliyyah, rasulullah saw pun
bersabda: “tidak ada pengakuan anak dalam Islam, telah lewat urusan di masa
jahiliyyah. Anak itu adalah bagi pemilik kasur/suami dari perempuan yang
melahirkan (firasy) dan bagi pezina adalah batu (dihukum)” (HR. Abu
Dawud)
2.
Tentang Nasab Pada ibunya
قال النبي صلى الله عليه وسلم في ولد الزنا " لأهل
أمه من كانوا" . رواه أبو داود
Nabi saw bersabda tentang anak hasil zina: “Bagi
keluarga ibunya ...” (HR. Abu Dawud)
3.
Tentang tidak adanya kewarisan dengan anak zina denan bapak
biologis.
عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده أن رسول الله صلى الله
عليه وسلم قال: " أيما رجل عاهر بحرة أو أمة فالولد ولد زنا ، لا يرث ولا
يورث " رواه الترمذى سنن الترمذى1717
“Dari ‘Amr ibn Syu’aib ra dari ayahnya dari kakeknya
bahwa rasulullah saw bersabda: Setiap orang yang menzinai perempuan baik
merdeka maupun budak, maka anaknya adalah anak hasil zina, tidak mewarisi dan
tidak mewariskan“. (HR. Al-Turmudzi)
4.
Larangan berzina
عن أبي مرزوق رَضِيَ اللَّهُ عَنْه قال غزونا مع
رويفع بن ثابت الأنصاري قرية من قرى المغرب يقال لها جربة فقام فينا
خطيبا فقال أيها الناس إني لا أقول فيكم إلا ما سمعت رسول الله صلى الله عليه
وسلم يقول قام فينا يوم حنين فقال لا يحل لامرئ يؤمن بالله واليوم
الآخر أن يسقي ماءه زرع غيره . أخرجه الإمام أحمد و أبو داود
Dari Abi Marzuq ra ia berkata: Kami bersama
Ruwaifi’ ibn Tsabit berperang di Jarbah, sebuah desa di daerah Maghrib, lantas
ia berpidato: “Wahai manusia, saya sampaikan apa yang saya dengar dari
rasulullah saw pada saat perang Hunain seraya berliau bersabda: “Tidak halal
bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya menyirampan air
(mani)nya ke tanaman orang lain (berzina)’ (HR Ahmad dan Abu Dawud)
5.
Anak lahir dalam keadaan suci
عن أبي هريرة
رضي الله عنه قال قال النبي صلى الله عليه وسلم كل مولود يولد على
الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه . رواه البخارى ومسلم
Dari Abi Hurairah ra ia berkata: Nabi saw bersabda: “Setiap anak terlahir
dalam kondisi fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang yahudi,
nasrani, atau majusi. (HR al-Bukhari dan Muslim)
Komentar
Posting Komentar