MEMBESUK ORANG SAKIT
MEMBESUK
ORANG SAKIT
A. Pengertian Membezuk Orang Sakit
Membezuk
adalah mengunjungi orang yang sedang sakit, baik di rumah maupun di rumah sakit
dengan tujuan memberikan dukungan agar orang yang sedang sakit tersebut merasa
terhibur, dengan kedatangan para teman, tetangga dekat atau saudaranya, serta
tabah dan sabar menerima cobaan dan ujian dari Allah SWT., juga memberikan
dukungan kepada keluarganya yang sedang merawat, agar senantiasa sabar dan
tabah terhadap cobaan dan ujian yang sedang dihadapinya.
B. Hukum Membezuk Orang Sakit
Dalam
hadits riwayat Imam Bukhari dari al-Barra’ ibn ‘Azib:
عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ
عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَمَرَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ وَنَهَانَا عَنْ سَبْعٍ فَذَكَرَ عِيَادَةَ
الْمَرِيضِ وَاتِّبَاعَ الْجَنَائِزِ وَتَشْمِيتَ الْعَاطِسِ وَرَدَّ السَّلَامِ
وَنَصْرَ الْمَظْلُومِ وَإِجَابَةَ الدَّاعِي وَإِبْرَارَ الْمُقْسِمِ.(رواه
البخاري)[1]
“Diriwayatkan dari Al-Barra’ ibn ‘Azib RA. ia berkata, Nabi SAW.
memerintahkan kepada kita untuk melakukan tujuh perkara dan melarang kita dari
tujuh perkara. Kemudian beliau menuturkan: “Membezuk orang sakit, mengiringkan
jenazah, mendo’akan orang yang bersin, menjawab salam, menolong orang yang
teraniaya, mendatangi undangan serta menghargai orang yang bersumpah”. (HR.
Imam Bukhari)
Bagi
selain anak terhadap kedua orang tuanya, membezuk orang sakit itu hukumnya
sunnah. Sebagian ulama mengatakan sunnah muakkad. Dalam kitab Syarkh al-Nawawy
‘ala Muslim, dijelaskan:
أَمَّاعِيَادَة الْمَرِيض فَسُنَّةٌ بِالْإِجْمَاعِ،
وَسَوَاءٌفِيهِ مَنْ يَعْرِفهُ وَمَنْ لَا يَعْرِفهُ، وَالْقَرِيبُ
وَالْأَجْنَبِيُّ.[2]
“Adapun membezuk orang sakit itu hukumnya sunnah, baik membezuk
orang yang dikenal, maupun orang yang tidak dikenal, baik kerabat dekat maupun
orang lain”.
|
“Membezuk
orang yang sedang sakit itu hukumnya “sunnah muakkad”, sedangkan beberapa
hadits yang menjelaskan tentang hal tersebut yang shahih sangatlah masyhur”.
Dalam
hadits riwayat Imam Bukhari di atas, dijelaskan:
عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا قَالَ أَمَرَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ
وَنَهَانَا عَنْ سَبْعٍ فَذَكَرَ عِيَادَةَ الْمَرِيضِ...
“Diriwayatkan dari Al-Barra’ ibn ‘Azib RA. ia berkata, Nabi SAW.
memerintahkan kepada kita untuk melakukan tujuh perkara dan melarang kita dari
tujuh perkara. Kemudian beliau menuturkan: “Membezuk orang sakit...”
Sedangkan
bagi seorang anak, mengunjungi orang tuanya yang sedang sakit itu hukumnya wajib,
karena merupakan bentuk “birr al-walidain”.
C.
Keutamaan
Membezuk Orang Sakit
Dijelaskan
dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim dari Tsauban:
عَنْ ثَوْبَانَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا عَادَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ لَمْ
يَزَلْ فِي خُرْفَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَرْجِعَ.(رواه مسلم)[4]
“Diriwayatkan dari Tsauban, dari Rasulullah SAW. Beliau
bersabda: “Sesungguhnya seorang muslim ketika membezuk saudaranya sesama muslim
yang sedang sakit, maka tak henti-hentinya ia berada dalam pertamanan surga,
sehingga ia pulang”. (HR. Imam Muslim)
Dalam
riwayat Imam Tirmidzy, dijelaskan:
فَقَالَ عَلِيٌّ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ
مُسْلِمٍ يَعُودُ مُسْلِمًا غُدْوَةً إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ
مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ وَإِنْ عَادَهُ عَشِيَّةً إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ
سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ وَكَانَ لَهُ خَرِيفٌ فِي الْجَنَّةِ.(رواه
الترمذى) [5]
“Kemudian
sahabat Ali berkata, aku mendengar dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, tidak
ada seorang muslim yang membezuk seorang muslim pada waktu pagi, kecuali ia
dido’akan oleh tujuh puluh ribu malaikat hingga sore hari dan tidak ada seorang
muslim yang membezuk pada sore hari, kecuali ia dido’akan oleh tujuh puluh ribu
malaikat hingga pagi hari, dan ia berada dalam pertamanan sorga”. (HR
Imam Tirmidzy)
D.
TATA CARA
MEMBEZUK ORANG SAKIT
1.
Adab
Membezuk Orang Sakit
Sepuluh
poin adab membezuk orang sakit, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Hasiyah
al-Jamal, yaitu:
وَجُمْلَةُ
آدَابِ عِيَادَةِ الْمَرِيضِ عَشَرَةُ أَشْيَاءَ وَمِنْهَا مَا لَا يَخْتَصُّ
بِالْعِيَادَةِ أَنْ لَا يُقَابِلَ الْبَابَ عِنْدَ الِاسْتِئْذَانِ وَأَنْ
يَدُقَّ الْبَابَ بِرِفْقٍ وَلَا يُبْهِمَ نَفْسَهُ بِأَنْ يَقُولَ أَنَا وَأَنْ
لَا يَحْضُرَ فِي وَقْتٍ يَكُونُ غَيْرَ لَائِقٍ بِالْعِيَادَةِ كَوَقْتِ شُرْبِ
الْمَرِيضِ الدَّوَاءَ وَأَنْ يُخَفِّفَ الْجُلُوسَ وَأَنْ يَغُضَّ الْبَصَرَ
وَأَنْ يُقَلِّلَ السُّؤَالَ وَأَنْ يُظْهِرَ الرِّقَّةَ وَأَنْ يُخْلِصَ
الدُّعَاءَ وَأَنْ يُوَسِّعَ لِلْمَرِيضِ فِي الْأَمَلِ وَيُعِينَهُ عَلَيْهِ
بِالصَّبْرِ لِمَا فِيهِ مِنْ جَزِيلِ الْأَجْرِ وَيُحَذِّرَهُ مِنْ الْجَزَعِ
لِمَا فِيهِ مِنْ الْوِزْرِ.[6]
Sepuluh
adab membezuk orang sakit:
a. Tidak menghadap langsung ke arah pintu, ketika
meminta izin untuk masuk rumah atau ruangan.
b. Janganlah mengetuk pinyu terlalu keras.
c.
Janganlah menyamarkan identitas terhadap orang yang
dibezuk.
d. Janganlan membezuk pada
waktu yang kurang tepat, seperti waktunya istirahat, waktunya makan atau minum obat.
e. Jangan berlama-lama, berada di tempat orang
yang sedang sakit.
f.
Hendaknya membatasi pandangan mata, jangan jelalatan mata
ke mana-mana, utamanya pada aurat orang yang sedang sakit.
g. Jangan banyak bertanya kepada orang yang sedang
sakit.
h. Memperlihatkan rasa kasih sayang yang dalam.
i.
Jangan
lupa mendo’akan kesembuhan kepada orang yang sakit.
j.
Memberikan
motifasi kepada orang yang sakit untuk senantiasa bersabar, serta menghibur agar
jangan putus asa, karena Allah akan menggantinya dengan yang lebih-baik.
2.
Memberi
Motifasi Orang yang Sedang Sakit
a. Hendaknya memberikan nasehat kepada orang yang
sakit, bahwa Allah akan menghilangkan dosa-dosa dari orang yang mendapatkan
musibah, apapun bentuk musibah itu, apabila diterimanya dengan sabar.
Dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا
هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا
كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ.(رواه البخارى)[7]
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW.
Beliau bersabda: “Tidak menimpa kepada seorang muslim apapun bentuk
penderitaan, seperti letih, sakit, susah termasuk terkena duri sekalipun
kecuali dengan itu semua, Allah SWT menghaous dosa dan kesalahan orang
tersebut”. (HR Imam Bukhari)
Dalam riwayat Imam Tirmidzy dijelaskan:
عَنْ
أَبِي أُمَامَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَمَامُ عِيَادَةِ الْمَرِيضِ أَنْ يَضَعَ أَحَدُكُمْ
يَدَهُ عَلَى جَبْهَتِهِ أَوْ قَالَ عَلَى يَدِهِ فَيَسْأَلُهُ كَيْفَ هُوَ.(رواه
الترمذي) [8]
“Diriwayatkan dari Abi Umamah RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW.
bersabda: “Sempurnanya seseorang membezuk orang sakit itu apabila ia meletakkan
tangannya di atas dahi si sakit, serta menanyakan keadaannya”. (HR Imam
Tirmidzy)
b. Hendaknya mengingatkan kepada orang yang sedang
sakit, untuk tidak putus asa, karena penyakit yang dideritanya.
Dijelsakan dalam sebuah hadits riwayat Anas ibn
Malik:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا
يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ مِنْ ضُرٍّ أَصَابَهُ فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ
فَاعِلًا فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي
وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي.(رواه
البخارى)[9]
“Rasulullah SAW. bersabda: “Janganlah seseorang diantara kamu
mengharapkan kematian, dikarenakan musibah yang menimpanya. Apabila terpaksa
sekali, maka sebaiknya ia berdo’a Ya Allah berilah aku kehidupan sekiranya
hidup lebih baik bagiku dan berilah aku kematian sekiranya mati lebih baik
bagiku”. (HR Imam Bukhari)
3.
Mendo’akan
Orang yang Sakit
Hendaknya orang yang membezuk, mendo’akan
kepada orang yang sedang sakit untuk mendapatkan kesembuhan dari Allah SWT.
Sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah SAW. :
عَنْ
عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا عَادَ مَرِيضًا يَقُولُ أَذْهِبْ الْبَاسَ
رَبَّ النَّاسِ اشْفِهِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً
لَا يُغَادِرُ سَقَمًا.(رواه مسلم) [10]
“Diriwayatkan dari ‘Aisyah RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW.
ketika membezuk orang yang sedang sakit, beliau berdo’a: “Ya Allah, hilangkan
penyakit, wahai Tuhan para manusia, sembuhkanlah ia, Engkau adalah dzat yang
memberikan kesembuhan, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu,
kesembuhan yang tidak meninggalkan bekas sakit”. (HR
Imam Muslim)
Dalam riwayat Imam Abu Dawud dijelaskan:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ عَادَ مَرِيضًا لَمْ يَحْضُرْ أَجَلُهُ فَقَالَ
عِنْدَهُ سَبْعَ مِرَارٍ" أَسْأَلُ اللَّهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ
الْعَظِيمِ أَنْ يَشْفِيَكَ" إِلَّا عَافَاهُ اللَّهُ مِنْ ذَلِكَ الْمَرَضِ.(رواه
ابو داود)
“Diriwayatkan dari Abu Dawud, dari Nabi SAW. Beliau bersabda: “Barang
siapa membezuk orang sakit yang belum datang ajalnya, kemudian bedo’a sebanyak
tujuh kali “Aku mohon kepada Allah Yang Maha Agung, Tuhan ‘Arasy Yang Agung
pula, untuk memberikan kesembuhan kepada kamu”, maka Allah akan memberikan
kesembuhan bagi orang yang sakit tersebut”.(HR Imam
Abu Dawud)
[1] Shahih
Bukhari, Juz. 8, hal. 314, Maktabah Syamilah V.2.
[2] Syarkh
al-Nawawy ‘ala Muslim, Juz. 7, hal. 139, Maktabah Syamilah V.2.
[3] Al-Majmu’,
Juz. 5, hal. 111, Maktabah Syamilah V.2.
[4] Shahih
Muslim, Juz. 12, hal. 438, Maktabah Syamilah V.2.
[5] Sunan
Tirmidzy, Juz. 4, hal. 72, hadits no. 891. Maktabah Syamilah V.2.
[6] Hasiyah
al-Jamal, Juz. 6, hal. 381. Maktabah Syamilah V.2.
[7] Shahih
Bukhari, Juz. 17, hal. 374, Maktabah Syamilah V.2.
[8] Sunan
Tirmidzy, Juz. 9, hal. 376, Maktabah Syamilah V.2.
[9] Shahih
Bukhari, Juz. 17, hal. 421, Maktabah Syamilah V.2.
[10] Shahih
Muslim, Juz. 11, hal. 182, Maktabah Syamilah V.2.
Komentar
Posting Komentar