KEUTAMAAN BULAN ZUL HIJJAH DAN IBADAH QURBAN

KEUTAMAAN BULAN ZUL HIJJAH DAN IBADAH QURBAN

Oleh : Drs. K. H. Muh. Muhsin

A.     Keutamaan Puasa Dan Ibadah Malam Pada Tanggal 1 Sampai 10 Bulan Zul Hijah :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ. (سنن الترمذي  :  ج 3 / ص 225)

“Diriwayatkan dari sahabat Abi Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda : Tidak ada hari-hari yang lebih disenangi oleh Allah SWT, untuk melakukan ibadah, dibanding sepuluh hari di bulan Zul Hijjah. Puasa sehari di hari-hari tersebut keutamannya menyamai puasa setahun; dan ibadah setiap malam menyamai keuatamaan ibadah di Lailatul Qadar”. (Sunan Tirmidziy : Juz III, hal. 225).

B.      Amal Kebajikan di Sepuluh hari pertama bulan Zul Hijjah :

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ. (سنن أبي داود :  ج 6 / ص 419)

“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, Rarusullah SAW, bersabda : Tidak ada hari-hari dimana amal-amal kebajikan lebih disukai oleh Allah SWT, dibandingkan hari-hari ini, yakni sepuluh awal bulan Zul Hijjah. Para sahabat bertanya : Apakah tidak lebih baik Jihat di jalan Allah wahai Rasul ? Rasulullah menjawab : Tidak lebih baik jihat di jalan Allah, kecuali seorang laki-laki yang berangkat jihat dengan segala jiwa, raga dan hartanya dan ia pulang dengan tidak membawa apa-apa lagi.” (Sunan Abi Dawud : Juz VI, hal. 419)

C.      Keutamaan Hari Arafah, Pada tanggal 9 Zul Hijjah :

عَنْ ابْنِ الْمُسَيَّبِ قَالَ قَالَتْ عَائِشَةُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنْ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِي بِهِمْ الْمَلَائِكَةَ . (صحيح مسلم  :  ج 7 / ص 70)

“Diriwayatkan dari Ibnul Musayyab, Aisyah RA, berkata, Rasululah SAW bersabda : Tidak ada hari, dimana Allah SWT, membebaskan hamba-Nya dari seksa neraka sebanyak hari Arofah. Sesungguhnya Allah SWT, mendekat kepada hamba-Nya kemudian membanggakan mereka di hadapan para Malaikat”. (Shahih Muslim : Juz VII, hal. 70).

D.     Puasa di Hari Arafah, Pada tanggal 9 Zul Hijjah :

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ وَسُئِلَ (النبي) عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ. (صحيح مسلم : ج 6 / ص 56)

“Diriwayatkan dari Abi Qotadah Al-Anshoriy, ia berkata : Rasulullah dimintai keterangan tentang puasa di hari Arafah, beliau menjawab : Ia dapat menghapuskan dosa-dosa yang telah lewat dan yang akan datang; dan beliau dimintai penjelasan tentang puasa ‘Asyura, beliau menjawab : Dapat menghapuskan dosa-dosa yang telah lewat. (Shahih Muslim : Juz VI, hal. 56).

E.       Keutamaan Ibadah Qurban dan Waktu Pelaksanaannya :

عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا. (سنن الترمذي : ج 5 / ص 444)

“Diriwayatkan dari Siti ‘Aisyah RA, sesunggahnya Rasulullah SAW, bersabda : Tidah ada amal yang dilakukan oleh anak Adam yang lebih disukai oeh Allah SWT, di hari Nahar, dibandingkan dengan menyembelih hewah Qurban. Sesungguhnya ia akan sampai di hari qiyamat nanti dengan tanduknya, bulunya dan kuku-kukunya. Dan sesunguhnya darah qurban telah tiba di hadapan Allah SWT, sebelum menyentuh tanah. Oleh karena itu, maka longgarkanlah hati kamu semua untuk melakukannya.” (Sunan Tirmidziy : Juz V, hal. 444)

F.       Hewan Qurban dan Bacaan Ketika Menyembelihnya :

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ ذَبَحَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الذَّبْحِ كَبْشَيْنِ أَقْرَنَيْنِ أَمْلَحَيْنِ مُوجَأَيْنِ فَلَمَّا وَجَّهَهُمَا قَالَ إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ عَلَى مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ وَعَنْ مُحَمَّدٍ وَأُمَّتِهِ بِاسْمِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ ثُمَّ ذَبَحَ. (سنن أبي داود - (ج 7 / ص 458)

“Diriwayatkan dari sahabat Jabir bin Abdillah, ia berkata : Pada hari penyembelihan Qurban, Nabi menyembelih hewan Qurban dua domba gibas yang keduanya telah keluar tanduknya, berwarna bulunya serta mandul keduanya. Ketia menghadapkan keduanya, beliau berdo’a : “Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang telah menciptakan langit dan bumi, atas Agama Nabi Ibrahim yang “Hanif”, dan aku bukanlah termasuk golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah, Dzat yang merajai semesta alam, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan untuk hal itu pula aku diperintahkan, dan aku termasuk golongan orang-orang yang menyerahkan diri. Ya Allah, dari-Mu, untuk-Mu dan dari Muhammad dan ummatnya. Dengan menyebut nama Allah. Allah Maha Besar”. Lalu menyembelihnya.” (Sunan Abu Dawud : Juz VII, hal. 458)

G.     Menyaksian Penyembelihan Hewan Qurban

عن عمران بن حصين رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِفَاطِمَةَ : " قُومِي إِلَى أُضْحِيَّتِك فَاشْهَدِيهَا فَإِنَّهُ يُغْفَرُ لَك عِنْدَ أَوَّلِ قَطْرَةٍ مِنْ دَمِهَا كُلُّ ذَنْبٍ عَمَلْتِيهِ . (المستدرك على الصحيحين للحاكم : ج 17 / ص 383)

“Diriwayatkan dari sahabat Imron bin Khushain, sesungguhnya Nabi SAW, bersabda kepada Siti Fathimah, datanglah ke penyembelihan Qurbanmu dan saksikanlah, sesungguhnya dosamu telah diampuni, sejak permulaan darah yang keluar”. (Al-Mustadrok Lil Hakim : Juz XVII, hal. 383)

H.     Hewan yang Dapat Digunakan Sebagai Qurban

وشرط التضحية نعم : إبل وبقر وغنم إناثا كان أو خناثى أو ذكورا ولو خصيانا، و شرطها بلوغ ضأن سنة أو إجذاعه و بلوغ بقر ومعز سنتين وإبل خمسا. (فتح الوهاب - (ج 2 / ص 327) . 

“Syarat hewan Qurban adalan hewan piaraan, yaitu : Unta, sapi dan kambing, baik jbetina, wandu maupun jantan. Sedangkan syarat kambing telah berumur satu tahun, sapi telah berumur dua tahun atau unta telah berumur lima tahun. (Fathul Wahab : Juz II, hal. 327).        

I.        Qurban Kambing Cukup untuk Satu Orang

(فَصْلٌ الشَّاةُ) تُجْزِئُ (عَنْ وَاحِدٍ فَإِنْ ذَبَحَهَا عَنْهُ وَعَنْ أَهْلِهِ أَوْ عَنْهُ وَأَشْرَكَ غَيْرَهُ فِي ثَوَابِهَا جَازَ). (أسنى المطالب  : ج 6 / ص 473)

“Seekor kambing cukup untuk berkorban orang satu; dan apabila menyebelhnya untuk dirinya dan untuk seluruh keluarganya atau orang yang menyertainya dalam memperoleh pahala, maka hal demikian dianggap cukup. (Asnal Mathalib, Juz VI, hal. 473).

J.        Qurban satu kambing dengan Pahala untuk Orang Banyak.

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِكَبْشٍ أَقْرَنَ يَطَأُ فِي سَوَادٍ وَيَبْرُكُ فِي سَوَادٍ وَيَنْظُرُ فِي سَوَادٍ فَأُتِيَ بِهِ لِيُضَحِّيَ بِهِ فَقَالَ لَهَا يَا عَائِشَةُ هَلُمِّي الْمُدْيَةَ ثُمَّ قَالَ اشْحَذِيهَا بِحَجَرٍ فَفَعَلَتْ ثُمَّ أَخَذَهَا وَأَخَذَ الْكَبْشَ فَأَضْجَعَهُ ثُمَّ ذَبَحَهُ ثُمَّ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ ثُمَّ ضَحَّى بِهِ. (صحيح مسلم : ج 10 / ص 149)

“… dan beliau memegangi kambing, kemudian memiringkannya, kemudian menyembelihnya seraya berdo’a : Yaa Allah, terimalah Qurban dari Muhammad, dari keluarga Muhammad dan dari Ummat Muhammad, kemudian beliau menyembelihnya.” (Shahih Muslim Juz 10, hal. 149)

K.      Qurban Unta atau Sapi Cukup untuk Tujuh Orang

فَرْعٌ تُجْزِئُ الْبَدَنَةُ أَوْ الْبَقَرَةُ عَنْ سَبْعَةٍ. (أسنى المطالب  : ج 6 / ص 474)

“Satu Unta atau satu Sapi cukup unt6uk digunakan qurban sebnayak 7 orang.” Hal ini sesuai dengan Hadits Rasulullah SAW.

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ نَحَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الْحُدَيْبِيَةِ الْبَدَنَةَ عَنْ سَبْعَةٍ وَالْبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ ( صحيح مسلم : ج 6 / ص 473)

“Diriwayatkan dari sahabat Jabir, ia berkata : Kami melakukan qurban bersama Rasulullah SAW pada tahun terjadinya pertempuran Hudaibiyah satu Unta untuk tujuh orang dan satu Sapi untuk tujuh orang.” (Shahih Muslim Juz VI, hal. 473)

L.       Memakan Daging Qurban Bagi Orang yang Berqurban

(النَّوْعُ الرَّابِعُ الْأَكْلُ) مِنْ الْأُضْحِيَّةِ وَالْهَدْيِ أَيْ حُكْمُهُ (فَلَا يَجُوزُ الْأَكْلُ مِنْ دَمٍ وَجَبَ بِالْحَجِّ) وَنَحْوِهِ كَدَمِ تَمَتُّعٍ وَقِرَانٍ وَجُبْرَانٍ (وَلَا مِنْ أُضْحِيَّةٍ ، وَهَدْيٍ وَجَبَا بِنَذْرٍ مُجَازَاةً) كَأَنْ عَلَّقَ الْتِزَامَهُمَا بِشِفَاءِ الْمَرِيضِ وَنَحْوِهِ ؛ لِأَنَّهُ أَخْرَجَ ذَلِكَ عَنْ الْوَاجِبِ عَلَيْهِ فَلَيْسَ لَهُ صَرْفُ شَيْءٍ مِنْهُ إلَى نَفْسِهِ كَمَا لَوْ أَخْرَجَ زَكَاتَهُ (فَلَوْ وَجَبَا بِمُطْلَقِ النَّذْرِ) أَيْ بِالنَّذْرِ الْمُطْلَقِ ، وَلَوْ حُكْمًا بِأَنْ لَمْ يُعَلِّقْ الْتِزَامَهَا بِشَيْءٍ كَقَوْلِهِ : لِلَّهِ عَلَيَّ أَنْ أُضَحِّيَ بِهَذِهِ الشَّاةِ أَوْ بِشَاةٍ أَوْ أُهْدِيَ هَذِهِ الشَّاةَ أَوْ شَاةً أَوْ جَعَلْتُ هَذِهِ أُضْحِيَّةً أَوْ هَدْيًا (أَكَلَ) جَوَازًا (مِنْ الْمُعَيَّنِ) ابْتِدَاءً (كَالتَّطَوُّعِ). (أسنى المطالب : ج 7 / ص 18)

“Macam ketentuan hokum yang keempat, adalah memakan daging qurban. Tidak boleh memakan daging hewan yang disembelih untuk memenuhi Dam yang wajib dibayar ketika ibadah haji, seperti haji tamatthu’ atau qiron; dan tidak boleh juga memakan daging hewan qurban wajib, seperti qurban nadzar yang kaitkan dengan keberhasilan atau perolehan sesuatu, seperti dikaitkan dengan sembuh dari sakit dan sebagainya. Karena hokum mengeluarkannya wajib, maka tidak boleh ikut menikmatinya, seperti seseorang yang mengeluarkan zakat. Apabila nadzar yang dilakukan adalah mutlaq, seperti ia mengatakan : aku wajin qurban dengan kambing ini atau kambing ini akan saya sembelih sebagai qurban, maka bagi yang melakukannya boleh ikut memakan dagingnya, sebagaimana seseorang yang melakukan qurban sunnah, maka ia boleh ikut memakan dagingnya. (Asnal Mathalib Juz VII, hal. 18).

M.    Memakan Daging Qurban Sunnah

(فَصْلٌ الْأَكْلُ مِنْ أُضْحِيَّةِ التَّطَوُّعِ ، وَهَدْيِهِ مُسْتَحَبٌّ) لِقَوْلِهِ تَعَالَى "فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ".  أَنَّ مَحَلَّ ذَلِكَ إذَا ضَحَّى عَنْ نَفْسِهِ ، فَلَوْ ضَحَّى عَنْ غَيْرِهِ بِإِذْنِهِ كَمَيِّتٍ أَوْصَى بِذَلِكَ فَلَيْسَ لَهُ. (أسنى المطالب : ج 7 / ص 20)

“Ikut memakan daging qurban yang dilakukan secara tathawwu’ (sunnah), hukumnya mustahab, berdasarkan Firman Allah, yang terjemahnya : … dan makanlah dari daging qurban tersebut dan bagikanlah untuk makanan orang yang membutuhkan dan orang-orang fakir. Anjuran untuk ikut memakan daging qurban tersebut, apabila seseorang melakukan qurban untuk dirinya sendiri. Apabila ia melakukannya untuk orang lain atas ijinnya, seperti melaksanakan wasiyat dari orang yang telah mati, maka tidak boleh ikut memakannya”. (Asnal Mathalib Juz VII, hal. 20).

(فَرْعٌ) (وَالْأَحْسَنُ فِي هَدْيِ التَّطَوُّعِ وَأُضْحِيَّتِهِ التَّصَدُّقُ بِالْجَمِيعِ) ؛ لِأَنَّهُ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَأَبْعَدُ عَنْ حَظِّ النَّفْسِ (إلَّا لُقْمَةً أَوْ لُقَمًا يَأْكُلُهَا) تَبَرُّكًا (فَإِنَّهُ) أَيْ أَكْلَهَا (سُنَّةٌ) عَمَلًا بِظَاهِرِ الْآيَةِ وَلِلِاتِّبَاعِ كَمَا مَرَّ وَلِلْخُرُوجِ مِنْ خِلَافِ مَنْ أَوْجَبَ الْأَكْلَ (وَيُسْتَحَبُّ إذَا أَكَلَ وَأَهْدَى وَتَصَدَّقَ أَنْ لَا يَزِيدَ أَكْلُهُ عَلَى الثُّلُثِ). (أسنى المطالب : ج 7 / ص 22)

“Yang lebih baik, dalam qurban sunnah adalah mensedekahkan keseluruhannya, karena hal tersebut lebih dekat dengan ketaqwaan kepada Allah SWT dan lebih jauh dari keinginan hawa nafsu, kecuali beberapa suap dengan niat Tabarruk. Yang demikian tersebut hukumnya sunnah, melaksanakan dzahir ayat al-Qur’an tentang hal itu; dan mengikuti sunnah Rasul, juga keluar dari perselisihan pendapat yang mengatakan wajibnya ikut memakan. Dan disunnahkan apabila ikut memakan, tidaklah lebih dari sepertiganya.” (Asnal Mathalib Juz VII, hal. 22).

N.     Menjual Daging Qurban, Merusakkannya atau Memberikannya kepada Jagal Sebagai Upah Pekerjaannya.

(وَيَحْرُمُ الْإِتْلَافُ وَالْبَيْعُ) لِشَيْءٍ مِنْ أَجْزَاءِ أُضْحِيَّةِ التَّطَوُّعِ ، وَهَدْيِهِ (وَإِعْطَاءُ الْجَزَّارِ أُجْرَةً مِنْهُ) بَلْ هُوَ عَلَى الْمُضَحِّي وَالْمُهْدِي كَمُؤْنَةِ الْحَصَادِ. (أسنى المطالب : ج 7 / ص 21)

“Haram hukumnya merusakkan dan menjual sesuatu dari qurban sunnah. Demikian juga memberikannya kepada penjagal, sebagai upah pekerjaannya. Adapun upah tersebut merupakan kwajiban dari orang yang qurban, tidak diambilkan dari hewan qurban. Kedudukan upah tersebut, sebagaimana upah seorang tukang panin di kebun. (Asnal Mathalib Juz VII, hal. 21).

عَنْ عَلِيٍّ قَالَ أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صلعم أَنْ أَقُومَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَنْ أَتَصَدَّقَ بِلَحْمِهَا وَجُلُودِهَا وَأَجِلَّتِهَا وَأَنْ لَا أُعْطِيَ الْجَزَّارَ مِنْهَا قَالَ نَحْنُ نُعْطِيهِ مِنْ عِنْدِنَا. (صحيح مسلم : ج 6 / ص 470)

“Diriwayatkan dari sahabat Ali, ia berkata : Aku diperintah oleh Rasulullah SAW untuk mengelola qurban unta beliau; dan diperintahkan untuk mensedekahkan dagingnya serta kulit-kulitnya; dan aku dilarang memberikan sesuatu dari qurban itu kepada tukang jagal. Ali berkata : aku memberikan kepadanya dari kepunyaanku sendiri.” (Shahih Muslim Juz VI hal. 470)

O.     Memanfaatkan Kulit Qurban untuk Peralatan.

(النَّوْعُ الْخَامِسُ الِانْتِفَاعُ) بِالْمُتَعَيَّنِ مِنْ أُضْحِيَّةٍ أَوْ هَدْيٍ (فَلَهُ الِانْتِفَاعُ بِهَا) مُطْلَقًا (وَبِجِلْدِهَا) إنْ حَلَّ لَهُ الْأَكْلُ مِنْهَا (كَدَلْوٍ وَنَحْوِهِ) كَخُفٍّ وَنَعْلٍ لِفِعْلِ الصَّحَابَةِ. (أسنى المطالب : ج 7 / ص 27)

“Ragam masalah yang kelima adalah memanfaatkan daging qurban, maka hukumnya boleh bagi orang yang melakukan qurban, memanfaatkan daging qurban atau kulit hewan qurban secara mutlak, seperti dibuat tempayam atau semacamnya, dibuat sepatu atau sandal, sebagaimana para sahabat Rasulullah dahulu melakukannya. (Asnal Mathalib Juz VII, hal. 27).

TERIMA KASIH WALLAHU A’LAM BIS SHOWAB